Bisnis, Jakarta - PT Freeport Indonesia akan mengaktifkan kembali pengoperasian pabrik pengolahan bijih menjadi konsentrat tembaga atau mill pada 21 Maret 2017. Sejak 10 Februari 2017, operasi mill dihentikan lantaran Freeport belum bisa mengekspor konsentrat tembaganya. Di sisi lain, kegiatan pemurnian konsentrat tembaga di PT Smelting di Gresik, Jawa Timur, yang menyerap sekitar 40 persen produksi PTFI per tahun, juga terhenti.

Sebagian besar konsentrat tembaga PTFI ditujukan untuk pasar luar negeri. Setidaknya ada enam negara yang selama ini mendapat pasokan konsentrat tembaga dari PTFI, yakni Spanyol 2 persen, Korea Selatan 3 persen, Cina 10 persen, India 26 persen, Filipina 7 persen, dan Jepang 15 persen. Alhasil, konsentrat tembaga yang sudah diproduksi sebelumnya telah menumpuk.

Baca: Belum Ada Izin Ekspor, Freeport Indonesia Hentikan Produksi

Tiga gudang penyimpanan berkapasitas masing-masing 40 ribu hingga 45 ribu ton konsentrat tembaga telah penuh. Dalam keadaan normal, sebelum izin ekspor habis, total konsentrat tembaga yang menjadi stok (stockpile) di tiga gudang tersebut hanya sekitar 20 ribu ton saja.

Juru bicara PTFI Riza Pratama mengatakan, mill siap beroperasi kembali karena sudah ada kepastian mengenai kelanjutan kegiatan pemurnian di Smelting. Sejak 2 Maret lalu, perusahaan smelter yang berlokasi di Gresik, Jawa Timur yang 25 persen sahamnya dimiliki PTFI tersebut sudah kembali beroperasi.

Baca: Bersama Freeport, Pemerintah Mimika Perjuangkan Izin Ekspor

Kapal yang akan mengangkut konsentrat tembaga ke Gresik pun sudah siap. “Rencananya nanti tanggal 21 Maret 2017 mill sudah beroperasi lagi, tetapi tetap belum bisa 100 persen,” ujarnya, Kamis, 9 Maret 2017.

Dia menjelaskan, selama belum bisa melakukan ekspor, tingkat produksi akan disesuaikan dengan kemampuan penyerapan konsentrat tembaga Smelting. Pembatasan produksi tersebut sudah dilakukan saat menambang bijih di tambang terbuka Grasberg dan tambang bawah tanah.

BISNIS.COM