Nasional, Jakarta - Sekretaris Kabinet Pramono Anung menilai pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberi sinyal positif. "Mudah-mudahan memberikan sinyal positif oleh siapapun," kata Pramono di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis, 9 Maret 2017.

Secara spesifik, Pramono berharap pertemuan keduanya bisa memberi pengaruh baik bagi dunia internasional. Indonesia, kata dia, tengah aktif menggelar pertemuan atau menerima kunjungan dari negara lain.

Baca:
Bertemu Jokowi, SBY Senang Bisa Bicara Blakblakan
Jokowi-SBY di Veranda, Pengamat: Sinyal Dukungan ke Ahok-Djarot

Selain kunjungan Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud, Indonesia juga baru saja menggelar Konferensi Tingkat Tinggi Asosiasi Negara Lingkar Samudera Hindia atau Indian Ocean Rim Association (IORA). "Akhir bulan ini kami juga akan menerima Presiden Prancis kemudian dalam waktu dekat akan menerima pimpinan pemerintahan dari Qatar," kata Pramono.

Di sisi lain, pertemuan Jokowi-SBY, menurut Pramono tidak untuk meluruskan persoalan saling tuding yang sempat ramai beberapa waktu lalu. Ia mengatakan keduanya berbicara dan saling menghormati satu sama lain. "Yang jelas bertemu, minum teh, makan," ucapnya.

Baca juga:
Sidang Korupsi E-KTP (3), Peran Gamawan sampai Agus Martowardojo
Ini Daftar Nama Terduga Penerima Duit Korupsi E-KTP

Sebelumnya, Presiden RI keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengaku ingin sekali bertemu dan berbicara secara terbuka dengan Presiden Joko Widodo. Namun, keinginannya tak kunjung terkabul karena, menurut SBY, dilarang oleh dua-tiga orang di sekitar Presiden Jokowi.

Jika pertemuan itu terjadi, SBY mengaku akan membicarakan isu aksi damai umat Islam pada 4 November 2016, rencana pengeboman, hingga makar. "Saya ingin klarifikasi dengan niat baik dan tujuan baik, supaya tidak menyimpan praduga perasaan enak tidak enak," ujar SBY di Jakarta, Rabu, 1 Februari 2017.

ADITYA BUDIMAN